Jumat, 19 Oktober 2018

BELA NEGARA TIDAK HARUS DENGAN MEMIKUL SENJATA




Bela negara tidak harus dengan memikul senjata dan melatih fisik untuk menghadapi perang, Itu harus dimaknai secara luas. Kesuksesan di bidang yang digeluti merupakan wujud membela negara. Ditambah kesuksesan tersebut memberikan kontribusi yang konkret terhadap pertahanan Indonesia dalam megahadapi ancaman dari luar.
“Jadi jangan dimaknai sempit. Biar pun ada dimensi militernya, tidak ada salahnya bila nilai-nilai militer positif diadopsi dan dikembangkan. Jangan terjebak dalam trauma dan stigma dimasa lalu,
Ia menilai pendidikan bela negara mampu memperkuat pemahaman masyarakat terkait dengan identitas sebagai warga negara Indonesia yang harus dijunjung dan dipertahankan. (Asmu/Berbagai sumber)
Era Globalisasi membuat pengaruh kultur budaya dan kebiasaan dari negara lain dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat Indonesia. Maka pendidikan bela negara sangat perlu untuk perkuat karakter bangsa.
“Jangan sampai karena derasnya arus globalisasi, pengaruh budaya lain lebih dominan dari pada budaya kita sendiri, yang sebenarnya tidak cocok dengan kultur masyarakat kita. Akhirnya, generasi muda kita tidak tahu ke mana arah tujuan bangsa ini kedepannya,” ungkap Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, seperti dilansir Media Indonesia.
Bela negara pada dasarnya ialah hak dan kewajiban setiap warga negara. Seluruh warga negara dapat berpartisipasi membela Tanah Air dengan profesi mereka masing-masing. Pendidikan bela negara merupakan bentuk pendidikan guna memperkuat kesadaran warga negara Indonesia dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Itu sebabnya model bela negara saat ini banyak cara. Misalnya lewat doktrinasi bela negara agar masyarakat cinta Tanah Air dan rela berkorban. Kemudian yakin pada Pancasila yang dijabarkan secara luas. Masyarakat cinta Tanah Air sesuai profesi masing-masing juga bagian dari bela negara,” ujar mengatakan pihaknya mengakui masih ada kesalahpahaman di masyarakat yang menganggap pendidikan bela negara sama dengan wajib militer sehingga mereka wajib mengikuti kegiatan militerisme.
“Ini perlu diluruskan. Ada satu hal yang perlu diketahui bahwa bela negara tidak sama dengan wajib militer. Walaupun tentara juga membela negara, ini sangat berbeda dengan masyarakat sipil,
Bela negara tidak harus dengan memikul senjata dan melatih fisik untuk menghadapi perang, Itu harus dimaknai secara luas. Kesuksesan di bidang yang digeluti merupakan wujud membela negara. Ditambah kesuksesan tersebut memberikan kontribusi yang konkret terhadap pertahanan Indonesia dalam megahadapi ancaman dari luar.
“Jadi jangan dimaknai sempit. Biar pun ada dimensi militernya, tidak ada salahnya bila nilai-nilai militer positif diadopsi dan dikembangkan. Jangan terjebak dalam trauma dan stigma dimasa lalu,
Ia menilai pendidikan bela negara mampu memperkuat pemahaman masyarakat terkait dengan identitas sebagai warga negara Indonesia yang harus dijunjung dan dipertahankan. (Asmu/Berbagai sumber)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar